Chapter 13:LINEAR-DIGITAL ICs
Penguat operasional (Operational Amplifier atau Op-Amp) merupakan komponen fundamental dalam dunia elektronika analog. Chapter 13 dari buku Electronic Devices and Circuit Theory edisi ke-11 membahas berbagai aplikasi lanjut dari op-amp yang meliputi rangkaian seperti penguat instrumentasi, filter aktif, konverter tegangan-ke-frekuensi dan frekuensi-ke-tegangan, serta penguat logaritmik dan antilogaritmik. Bab ini sangat penting karena memperluas wawasan mahasiswa atau praktisi teknik elektro terhadap bagaimana op-amp dapat digunakan tidak hanya sebagai penguat dasar, namun juga sebagai elemen aktif dalam sistem pemrosesan sinyal yang kompleks.
Pemahaman terhadap materi ini memungkinkan pengembangan rangkaian analog yang efisien dan memiliki performa tinggi, terutama dalam aplikasi yang memerlukan akurasi, kestabilan, dan kemampuan penyesuaian yang tinggi seperti pada sistem pengukuran, pengendalian otomatis, dan perangkat medis.
· Mempelajari prinsip kerja dan konfigurasi rangkaian lanjutan yang menggunakan op-amp.
· Menjelaskan cara kerja dan implementasi penguat instrumentasi, filter aktif, dan konverter sinyal.
· Menganalisis kinerja rangkaian berdasarkan parameter masukan dan komponen yang digunakan.
· Melakukan simulasi atau eksperimen langsung untuk mengamati karakteristik dan respons rangkaian.
· Menumbuhkan pemahaman mendalam tentang cara kerja op-amp dalam konfigurasi aplikasi dunia nyata.
1. Battery
Ground adalah titik kembalinya arus searah atau titik kembalinya sinyal bolak balik atau titik patokan dari berbagai titik tegangan dan sinyal listrik dalam rangkaian elektronika.
Penguat Instrumentasi: Rangkaian ini merupakan bentuk lanjutan dari penguat diferensial yang menggunakan lebih dari satu op-amp untuk meningkatkan penguatan, kestabilan, dan penolakan terhadap sinyal common-mode (CMRR tinggi). Cocok digunakan dalam pengukuran sensor dan sistem kontrol industri.
Filter Aktif: Op-amp digunakan untuk membentuk filter low-pass, high-pass, band-pass, dan band-stop dengan karakteristik frekuensi yang lebih presisi dibandingkan filter pasif. Penguatan dapat disesuaikan, dan elemen reaktif digabung dengan umpan balik aktif untuk membentuk karakteristik filter.
Konverter Tegangan ke Frekuensi (V-F) dan Frekuensi ke Tegangan (F-V): Konverter ini memungkinkan pengubahan sinyal analog menjadi sinyal frekuensi dan sebaliknya. Bermanfaat untuk transmisi data, pengukuran sinyal jarak jauh, dan antarmuka digital-analog.
Penguat Logaritmik dan Antilogaritmik: Dengan memanfaatkan karakteristik logaritmik dari dioda atau transistor, rangkaian ini dapat mengubah hubungan linier menjadi logaritmik dan sebaliknya. Aplikasi penting dalam kompresi sinyal, pengolahan sinyal audio, dan skala eksponensial dalam pengukuran.
1.FIG. 13.9 – Zero-Crossing Detector
- Input sinusoidal diberikan ke terminal non-inverting (+).
- Terminal inverting (−) dihubungkan ke ground (0 V) sebagai referensi.
- Comparator membandingkan input dengan 0 V:
- Jika Vi > 0 → Output = HIGH (open)
- Jika Vi < 0 → Output = LOW (≈ V−)
- Output berubah setiap kali input melewati 0 V → mendeteksi titik nol silang.
2.FIG. 13.10 – Basic Comparator
- Du versi konfigurasi:
- (a): Input di (+), referensi di (−)
- Jika input > Vref → output = open circuit (HIGH)
- Jika input < Vref → output = V− (LOW)
- (b): Input di (−), referensi di (+)
- Jika input < Vref → output = open circuit (HIGH)
- Jika input > Vref → output = V− (LOW).
3.FIG. 13.11 – Window Comparator (Window Detector)
- Dua comparator digunakan untuk membentuk jendela tegangan (window) antara +1V dan +5V.
- Output HIGH hanya ketika input berada di antara 1V dan 5V.
- Di luar rentang ini (lebih kecil dari 1V atau lebih besar dari 5V), salah satu comparator memberikan output LOW → Output total menjadi LOW.
- Berguna untuk monitor tegangan sistem dalam batas aman.
6. Example & Problem [kembali]
A.Example
Jawaban: Ketika sinyal input melewati titik nol volt dari negatif ke positif, output op-amp akan beralih dari saturasi negatif (-15 V) ke saturasi positif (+15 V). Sebaliknya, saat sinyal melewati nol dari positif ke negatif, output akan beralih dari +15 V ke -15 V. Jadi output berupa gelombang kotak dengan level tegangan ±15 V yang menandakan crossing pada nol volt.
2.Sebuah zero-crossing detector menghasilkan pulsa output
dengan frekuensi 60 Hz. Jika pulsa tersebut digunakan untuk mengendalikan
dimmer lampu, berapa kali dalam 1 menit lampu tersebut akan menerima sinyal
switching?
Jawaban:
Frekuensi pulsa output adalah 60 Hz, yang berarti pulsa terjadi 60 kali per detik. Dalam 1 menit (60 detik), jumlah pulsa adalah: 60×60=3600 pulsa switching.
3.Dalam sebuah rangkaian op-amp sebagai penguat diferensial, jika tegangan input positif adalah 2 V dan input negatif adalah 1.5 V, dan penguatan diferensial adalah 10 kali, berapa tegangan outputnya?
Jawaban:
Tegangan output op-amp diferensial: Vout=Ad×( (V+−V−) Vout=10×(2−1.5)= 5V
B.Problem
1.Output Terganggu atau Tidak Stabil
Penyebab: Salah satu penyebab utama adalah ketidakstabilan pada output karena noise atau interferensi pada sinyal input. Ketika sinyal input sangat bervariasi atau ada gangguan, komparator dapat menghasilkan output yang tidak stabil atau berosilasi, terutama pada sinyal yang sangat kecil.
Solusi: Untuk mengatasi masalah ini, tambahkan hysteresis pada komparator untuk menghindari pengaruh noise. Hysteresis memastikan bahwa komparator hanya berubah status ketika sinyal input melewati ambang batas tertentu, sehingga mengurangi kemungkinan output yang tidak stabil akibat noise. Selain itu, gunakan kapasitor atau filter untuk mengurangi gangguan pada sinyal input.
2.Perbedaan Antara Komparator dengan Input Minus dan Plus
Penyebab: Seringkali, perbedaan antara penggunaan input minus dan input plus sebagai referensi dapat menyebabkan kebingungannya perilaku rangkaian komparator. Misalnya, output komparator mungkin berubah secara terbalik jika input minus digunakan sebagai referensi, sedangkan output tidak berubah dengan cara yang sama jika input plus digunakan.
Solusi: Untuk menghindari kebingungan ini, pastikan untuk memahami perilaku kedua jenis komparator. Jika menggunakan input minus, output akan berubah ketika sinyal input lebih kecil dari referensi. Sebaliknya, jika menggunakan input plus, output akan berubah ketika sinyal input lebih besar dari referensi. Tentukan kebutuhan aplikasi dan pilih konfigurasi yang sesuai.
- Penyebab: Jika tegangan referensi pada input komparator tidak disesuaikan dengan benar, misalnya salah menetapkan tegangan referensi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, ini dapat menyebabkan kesalahan deteksi, dan sinyal input yang seharusnya terdeteksi dalam rentang jendela mungkin tidak terdeteksi.
- Solusi: Sesuaikan dengan cermat tegangan referensi untuk masing-masing komparator (batas atas dan batas bawah). Pastikan referensi untuk masing-masing komparator berada dalam rentang yang benar untuk mendeteksi sinyal input dengan tepat.
1.Apafungsi utama dari rangkaian komparator yang digunakan sebagai zero-crossing detector?
A) Mengatur level tegangan input ke output yang lebih tinggi
B) Mendeteksi titik di mana sinyal input melintasi garis nol (0V)
C) Menghasilkan sinyal output yang bersifat sinusoidal
D) Menyaring sinyal noise dalam rangkaian
Jawaban yang benar: B) Mendeteksi titik di mana sinyal input melintasi
garis nol (0V)
2.Apa yang membedakan komparator dengan input referensi pada input minus dan input plus (non-inverting)?
A) Tidak ada perbedaan antara kedua jenis komparator
B) Pada input minus, output berubah ketika sinyal input lebih besar dari referensi, sedangkan pada input plus output berubah saat sinyal input lebih kecil dari referensi
C) Pada input plus, output berubah saat sinyal input lebih besar dari referensi, sedangkan pada input minus output berubah saat sinyal input lebih kecil dari referensi
D) Pada kedua jenis input, output selalu tetap tinggi
Jawaban yang benar: C) Pada input plus, output berubah saat sinyal input
lebih besar dari referensi, sedangkan pada input minus output berubah saat
sinyal input lebih kecil dari referensi
3.Dalamsebuah rangkaian window detector yang menggunakan dua komparator, satu untuk deteksi batas bawah dan satu lagi untuk deteksi batas atas, sinyal input yang akan dideteksi berada dalam rentang tegangan tertentu. Misalkan sinyal input memiliki rentang tegangan dari 0V hingga 5V, dan kita menginginkan untuk mendeteksi sinyal yang berada antara tegangan 1V (batas bawah) dan 4V (batas atas).Jikakomparator pertama digunakan untuk mendeteksi batas bawah (1V) dan komparatorkedua digunakan untuk mendeteksi batas atas (4V), apa yang akan terjadi pada output dari rangkaian window detector jika sinyal input berada di bawah 1V ataulebih besar dari 4V?
A) Output akan tetap tinggi meskipun sinyal input berada di luar rentang deteksi.
B) Output akan menjadi rendah jika sinyal input berada di luar rentang deteksi dan tinggi jika berada dalam rentang deteksi.
C) Output akan tetap rendah meskipun sinyal input berada dalam rentang deteksi.
D) Output akan menjadi tinggi jika sinyal input berada di luar rentang deteksi dan rendah jika berada dalam rentang deteksi.
Jawaban yang benar: B) Output akan menjadi rendah jika sinyal input berada di luar rentang deteksi dan tinggi jika berada dalam rentang deteksi.
- Untuk membuat rangkaian ini, pertama, siapkan semua alat dan bahan yang bersangkutan, di ambil dari library proteus
- Letakkan semua alat dan bahan sesuai dengan posisi dimana alat dan bahan terletak.
- Tepatkan posisi letak nya dengan gambar rangkaian
- Selanjutnya, hubungkan semua alat dan bahan menjadi suatu rangkaian yang utuh
- Lalu mencoba menjalankan rangkaian , jika tidak terjadi error, maka rangkaian akan berfungsi yang berarti rangkaian bekerja.
A.FIG 13.9-Zero-Crossing Detector
C.FIG 13.11-Window Comparator (Window Detector)
Vidio simulasi:
Download file rangkaian 13.9 [klik disini]
Download file rangkaian 13.10 [klik disini]
Download file rangkaian 13.11 [klik disini]
Download vidio simulasi 13.9 [klik disini]
Download vidio similasi 13.10 [klik disini]
Download vidio simulasi 13.11 [klik disini]






Komentar
Posting Komentar